Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Dengan menggunakan layanan Sisternet, Pengguna telah mengerti dan percayakan informasi Pengguna kepada Sisternet. Kebijakan Privasi ini memiliki tujuan untuk membantu Pengguna memahami apa yang Sisternet lakukan dengan data tersebut. Layanan Sisternet dapat digunakan untuk mencari, berbagi informasi, berinteraksi dengan orang lain atau membuat konten baru. Saat Pengguna berbagi informasi dengan Sisternet, misalnya dengan membuat Akun Sisternet, Sisternet akan menelusurinya dan memilah apa yang bermanfaat bagi Pengguna dan untuk berbagi kepada orang lain. Semua aktivitas Sisternet bertujuan untuk memudahkan interaksi Pengguna, sesama Pengguna dan publik yang tertarik dengan Sisternet. Informasi yang Pengguna berikan kepada Sisternet, contohnya, nama, alamat email, nomor telepon, alamat rumah, akun media sosial atau alat pembayaran, akan tersimpan dengan baik pada basis data Sisternet. Jika Pengguna ingin mendapatkan manfaat lebih, Pengguna dapat menggunakan fitur yang ditawarkan Sisternet semaksimal mungkin untuk meningkatkan profil Pengguna di hadapan publik. Sisternet mengumpulkan informasi tentang layanan yang digunakan dan cara penggunaannya, termasuk dan tidak terbatas pada saat Pengguna membuka halaman, melihat penawaran iklan dalam Layanan atau saat melihat dan berinteraksi dengan iklan dan konten Layanan, informasi perangkat, informasi log, alamat protokol internet, informasi lokasi, nomor aplikasi unik, penyimpanan lokal, cookie dan teknologi serupa. Sisternet dapat menggunakan nama yang Pengguna cantumkan dalam Profil Sisternet ke seluruh Layanan yang memerlukan akun Sisternet. Selain itu, Sisternet dapat mengganti nama sebelumnya yang terkait dengan akun Sisternet, sehingga Pengguna direpresentasikan ke seluruh Layanan dengan konsisten. Jika Pengguna telah memiliki email atau informasi lain yang mengidentifikasi Pengguna selain dalam Layanan, Sisternet dapat menampilkan informasi Profil Pengguna Layanan yang terlihat untuk publik kepada mereka , misalnya nama dan foto. Sisternet dapat menampilkan akun Pengguna di Layanan, termasuk menampilkannya sebagai bagian dari iklan dan konteks komersial Layanan lainnya. Sisternet akan menghargai pilihan yang Pengguna lakukan dengan cara mengirimkan pesan ke kontak Sisternet. Saat Pengguna menghubungi Sisternet, untuk kenyamanan bersama, Sisternet menyimpan catatan komunikasi untuk membantu menyelesaikan masalah yang mungkin sedang dihadapi. Sisternet dapat menggunakan alamat email Pengguna yang terdaftar di Layanan untuk menginformasikan Layanan.
"Sayang, kenapa sih kamu selalu galak sama aku. Aku kan tidak pernah cari masalah sama kamu. Jangan galak-galak ya sayang ..." Begitulah dialog sepasang ABG yang lagi pacaran. Suka berantem abis itu baik lagi. Pasang surut alias labil. Kadang galak, kadang gak. Tergantung musim. Namanya juga ABG.
Mungkin hanya ABG. Zaman now, kalo dipikir makin banyak orang galak. Apalagi di medsos. Status galak kuga makin marak. Mungkin bukan karena imlek. Tapi karena politik. Awas ada orang galak !
Galak, itu kata sifat. Kalo kata kamus, galak berarti "buas dan suka melawan, menyerang, menggigit, menanduk, ganas; garang; atau suka marah, mencaci maki, dan sebagainya. Cirinya gampang. Salah satunya, doyan pasang "status galak". Ngasih makan kagak, ngelahirin kagak. Tapi bawaannya, ngelarang dan gak boleh semua-semua. Semua orang disuruh ngikutin pikirannya dia. Kalo gak ngikut, kepalanya ber-asap tanduknya keluar. Serem banget ya orang galak ...
AWAS ADA ORANG GALAK !
Orang galak sekarang itu gak boleh berbeda pendapat, gak boleh berbeda pilihan. Harus sama. Orang galak, mungkin sifat dan perilakunya itu cenderung temperamen, labil. Dan doyan maksain kehendak. Apalagi kehendaknya berseberangan dengan yang lain. Gampang nyolot, doyan ngurusin orang lain. Sibuk tapi buat urusan yang gak karuan.Orang galak. Dikit-dikit marah, diganggu dikit berteriak. Anehnya, orang galak itu mudah "menuduh" orang-orang yang dianggap gak sepaham dengan mereka. Menebar kebencian, mengumbar hujatan ke sana ke sini. Gak suka sama pilihan orang lain langsung nyolot. Abis itu khutbah deh...
Suka kasihan aja. Sama orang-orang galak.
Mereka lupa. Mereka udah dirasuki pikiran untuk "menuduh" apa saja buat orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Mereka lupa, menurut hukum manusia itu, orang yang dituduh itu adalah "benar" alias tidak bersalah. Tapi sayang, kata orang galak "orang yang tertuduh itu dianggap bersalah hingga terbukti kebenarannya". Buat orang galak "kebenaran" itu ada di tangan mereka, bukan di tangan Tuhan bukan di tangan orang lain.
Walau buktinya kurang kuat, orang galak doyan menuduh. Orang yang gak disuka harus salah, apapun caranya.
Orang galak suka lupa.
Kalo gak bisa sama, bukan berarti gak boleh beda dong. Justru yang penting, gak usah galak-galak. Gampang kan...
Lihat Humaniora Selengkapnya
HAI-Online.com– Kalian pernah ngalamin kejadian ketemu orang yang berbuat salah, tapi pas diingetin justru jadi galak dan marah-marah?
Hal kayak gini biasanya bisa ditemui pada beberapa kasus seperti saat menagih utang hingga mengantre di tempat umum.
Namun sebenarnya kenapa orang cenderung lebih galak dan agresif saat mereka ditegur atau diingatkan, sih? Ternyata ada ada alasan di balik kebiasaan tersebut lho, jika ditilik dari aspek psikologisnya.
Baca Juga: Bukan Marah ke Kurir, Begini Cara Komplain Barang COD yang Tidak Sesuai Pesanan
Psikolog Rose Mini Agoes Salim ngasih pandangannya terhadap fenomena yang kerap terjadi di masyarakat tersebut.
Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat orang yang melakukan kesalahan justru marah saat ada pihak lain yang menegur kesalahannya.
"Pertama, orang kalau ditegur di depan orang lain, rasanya pasti lebih tidak nyaman, malu ya," kata Rose saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/5/2021).
Baca Juga: Ghosting, Perilaku Ngeselin yang Ternyata Nggak Cuma Berlaku di Ranah Percintaan
"Kalau kita ditegur orang yang tidak kita kenal, ego kita jadi lebih tinggi keluarnya. Terus merasa 'siapa elu kok ngingetin gue?" bisa seperti itu. Akibatnya, dia merasa terusik,' tutur dosen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.
Bagaimana kalau menagih utang?
Namun, kembali lagi, bagaimana dengan cara yang ditempuh pihak penagih utang untuk mendapatkan haknya?
"Kalau orang yang utang yang ditagih, mungkin cara menagihnya yang membuat orang itu nggak nyaman. Dibentak dan sebagainya. Memang yang salah yang tidak membayar utang, tapi kalau dibentak ya mungkin jadi jatuhnya tidak nyaman.
Akhirnya bukannya dia membayar, tetapi malah dia lebih marah lagi," jelas dia.
Terakhir, dia menyebut adanya dorongan seseorang untuk mempertahankan harga dirinya di depan orang lain.
Ada kalanya, seseorang merasa terinjak dan perlu memberikan respons tertentu agar harga dirinya tetap terjaga.
Dalam kondisi tersebut, terkadang orang kehilangan daya kendali atas apa yang ia ucapkan.
"Jadi pride orang, harga diri orang itu kadang-kadang membuat orang mengeluarkan kata-kata yang nanti setelah itu mungkin dia bisa merasa 'aduh nyesel juga ngomong gitu'. Tapi pada saat itu, rasa harga diri kalau terusik jadi kayak gitu, apalagi kalau masalahnya di depan umum," pungkas Rose. (*)
Baca Juga: Isu Kesehatan Mental, Benarkah Gen Z Mulai Tinggalkan Smartphone?
Cara menegur yang baik
Peran dari semua pihak diperlukan untuk menghindari situasi semacam itu, termasuk pihak yang akan memberikan teguran.
Rose mengatakan, apabila teguran dilakukan dengan cara yang baik, pemilihan nada bicara juga diksi kalimat yang baik, maka respons negatif berupa emosi nggak terkendali semacam itu dapat dihindarkan.
"Hal ini sebetulnya bisa dilakukan kalau kita.. tapi kadang-kadang orang yang menegur kan 'Gimana sih lo, antri dong!" itu yang membuat orang naik darah," ia mencontohkan.
"Tapi kalau 'Mohon maaf ya Pak, ini saya sudah duluan. Kalau nggak salah, antri itu harus dari belakang sana Pak, tidak bisa langsung potong dari sini. Terima kasih', kalau informasinya seperti itu, dengan nada datar, mungkin penyampaian kita juga bisa membantu untuk tidak membuat orang itu marah," lanjut dia.
Pakar psikologi di bidang moral juga pendidikan ini juga mengingatkan, ketika kita hendak menegur orang lain yang melakukan kesalahan, nggak perlu kita sampaikan dengan cara berteriak-teriak.
Hal yang perlu diingat, melakukan teguran di muka umum saja sudah membuat seseorang merasa nggak nyaman, bagaimana pula jika teguran itu dilakukan dengan nada tinggi di hadapan banyak orang.
"Nggak perlu teriak-teriak di depan orang segitu banyaknya, jadi masih menghargai dia sebagai manusia," ujar Rose.
Baca Juga: Waspada Bahaya Gaslighting, Bisa Turunin Kepercayaan Diri Lho!